Post Top Ad

Tuesday, May 7, 2019

Tata Surya

Mendeskripsikan tata surya dan jagad raya.

A. TATA SURYA (THE SOLAR SYSTEM)
Tata Surya, adalah suatu sistem di jagat raya yang terdiri atas matahari
sebagai pusatnya dan planet-planet (termasuk Planet Bumi), satelit-satelit
alam (misalnya bulan), asteroid, komet, meteor, debu, kabut, dan bendabenda
lainnya sebagai anggotanya yang beredar mengelilingi pusatnya, yakni
matahari pada orbit atau garis edarnya masing-masing.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapatlah diduga bahwa bintang-bintang
yang lainnya kemungkinan besar mempunyai sistem seperti tata surya. Dengan
kata lain, bukan tidak mungkin setiap bintang mempunyai sistem bintang seperti
matahari, sebab matahari hanya merupakan satu dari milyaran bintang yang
ada di jagat raya.
1. Teori terjadinya tata surya
Teori-teori tentang proses terbentuknya tata surya dapat dikelompokan
menjadi beberapa teori, yaitu sebagai berikut.
a. Teori nebula (Kant dan Laplace)
Teori Nebula pertama kali dikemukakan seorang filsuf Jerman bernama
Imanuel Kant. Menurutnya, tata surya berasal dari nebula yaitu gas atau
kabut tipis yang sangat luas dan bersuhu tinggi yang berputar sangat lambat.
Perputaran yang lambat itu menyebabkan terbentuknya konsentrasi materi
yang mempunyai berat jenis tinggi yang disebut inti massa di beberapa tempat
yang berbeda. Inti massa yang terbesar terbentuk di tengah, sedangkan yang
kecil terbentuk di sekitarnya Karena terjadi proses pendinginan, inti-inti massa
yang lebih kecil berubah menjadi planet-planet, sedangkan yang paling besar
masih tetap dalam keadaan pijar dan bersuhu tinggi yang disebut matahari.
Teori nebula lainnya dikemukakan oleh Pierre Simon Laplace. Menurut
Laplace, tata surya berasal dari bola gas yang bersuhu tinggi dan berputar
sangat cepat. Karena perputaran yang sangat cepat, sehingga terlepaslah
bagian-bagian dari bola gas tersebut dalam ukuran dan jangka waktu yang berbeda-beda. Bagian-bagian yang terlepas itu berputar dan akhirnya mendingin
membentuk planet-planet, sedangkan bola gas asal dinamakan matahari.
b. Teori planetesimal (Moulton dan Chamberlain)
Moulton dan Chamberlain, berpendapat bahwa tata surya berasal dari
adanya bahan-bahan padat kecil yang disebut planetesimal yang mengelilingi
inti yang berwujud gas bersuhu tinggi. Gabungan bahan-bahan padat kecil
itu kemudian membentuk planet-planet, sedangkan inti massa yang bersifat
gas dan bersuhu tinggi membentuk matahari.
c. Teori pasang surut (Jeans dan Jeffreys)
Astronom Jeans dan Jeffreys, mengemukakan pendapat bahwa tata surya
pada awalnya hanya matahari saja tanpa mempunyai anggota. Planet-planet
dan anggota lainnya terbentuk karena adanya bagian dari matahari yang tertarik
dan terlepas oleh pengaruh gravitasi bintang yang melintas ke dekat matahari.
Bagian yang terlepas itu berbentuk seperti cerutu panjang (bagian tengah
besar dan kedua ujungnya mengecil) yang terus berputar mengelilingi matahari,
sehingga lama kelamaan mendingin membentuk bulatan-bulatan yang disebut
planet.
d. Teori bintang kembar (Lyttleton)
Teori bintang kembar dikemukakan astronom Inggris bernama Lyttleton.
Teori ini menyatakan bahwa pada awalnya matahari merupakan bintang kembar
yang satu dengan lainnya saling mengelilingi, pada suatu masa melintas bintang
lainnya dan menabrak salah satu bintang kembar itu dan menghancurkannya
menjadi bagian-bagian kecil yang terus berputar dan mendingin menjadi planetplanet
yang mengelilingi bintang yang tidak hancur, yaitu matahari.
e. Teori awan debu (Weizsaecker dan Kuiper)
Weizsaecker dan Kuiper, berpendapat bahwa tata surya berasal dari
awan yang sangat luas yang terdiri atas debu dan gas (hidrogen dan helium).
Ketidakteraturan dalam awan tersebut menyebabkan terjadinya penyusutan
karena gaya tarik menarik dan gerakan berputar yang sangat cepat dan teratur,
sehingga terbentuklah piringan seperti cakram. Inti cakram yang menggelembung
menjadi matahari, sedangkan bagian pinggirnya berubah menjadi planetplanet.
Ahli astronomi lainnya yang mengemukakan teori awan debu antara lain,
F.L Whippel dari Amerika Serikat dan Hannes Alven dari Swedia. Menurutnya,
tata surya berawal dari matahari yang berputar dengan cepat dengan piringan
gas di sekelingnya yang kemudian membentuk planet-planet yang beredar
mengelilingi matahari.
2. Struktur tata surya
Benda-benda angkasa yang termasuk struktur utama dari tata surya adalah
sebagai berikut:
a. Matahari (The Sun)
b. Planet-planet (The Planets)
c. Bulan (The Moon) dan satelit alam lainnya
d. Asteroid
e. Komet
a. Matahari (The Sun) sebagai pusat tata surya
Matahari merupakan salah satu bintang di dalam Galaksi Bima Sakti
yang mempunyai fungsi dan peranan paling penting di dalam struktur tata
surya. Hal itu disebabkan matahari merupakan bagian dari tata surya yang
mempunyai ukuran, massa, volume, temperatur, dan gravitasi yang paling
besar, sehingga matahari mempunyai pengaruh yang sangat besar pula terhadap
benda-benda angkasa yang beredar mengelilinginya. Matahari mempunyai garis tengah sekitar 1.392.000 km atau sekitar
109 kali garis tengah bumi. Massa atau berat totalnya sekitar 332.000 kali
bumi, volumenya diperkirakan 1.300.000 kali bumi dan temperatur di
permukaannya sekitar 6.0000 C, sedangkan temperatur di pusatnya sekitar
15.000.000 0 C.
Temperatur matahari yang sangat tinggi menurut Dr. Bethe (1938) disebabkan
oleh adanya reaksi inti di dalam tubuh matahari. Ia berpendapat bahwa dalam
keadaan panas dan tekanan yang sangat tinggi, atom-atom di dalam tubuh
matahari akan kehilangan elektron-elektronnya sehingga menjadi inti atom yang bergerak ke berbagai arah dengan kecepatan yang sangat tinggi dan
menimbulkan tumbukan antarinti atom yang menyebabkan penghancuran sebagian
massanya (Massa Defect) dan berubah menjadi energi panas dan cahaya
yang dipancarkan ke berbagai arah.
1) Struktur Matahari
Secara garis besar, struktur matahari terdiri atas tiga bagian utama, yaitu
sebagai berikut.
a) Atmosfer Matahari
Atmosfer Matahari adalah lapisan paling luar dari matahari yang berbentuk
gas, yang terdiri atas dua lapisan yaitu kromosfer dankorona. Kromosfer
merupakan lapisan atmosfer Matahari bagian bawah yang terdiri atas gas
yang renggang berwarna merah dengan ketebalan sekitar 10.000 km. Lapisan
gas ini merupakan lapisan yang paling dinamis karena seringkali muncul tonjolon
cahaya berbentuk lidah api yang memancar sampai ketinggian lebih dari 200.000
km yang disebut Prominensa (Protuberans). Koronaadalah lapisan atmosfer
matahari bagian atas yang terdiri atas gas yang sangat renggang berwarna
putih atau kuning kebiruan dan mempunyai ketebalan mencapai ribuan kilometer.
Lapisan atmosfer Matahari yaitu kromosfer dan korona dalam keadaan
normal tidak dapat terlihat jelas dari bumi, sebab tingkat terangnya lebih
rendah daripada lapisan permukaan Matahari. Atmosfer Matahari (Kromosfer,
Korona, dan Prominensa) hanya dapat terlihat jelas apabila bulatan matahari
tertutup oleh bulatan bulan ketika terjadi gerhana matahari total atau melalui
pengamatan dengan menggunakan alat Koronagraf.
b) Fotosfer Matahari
Fotosfer Matahari adalah lapisan berupa bulatan berwarna perak kekuningan
yang terdiri atas gas padat bersuhu tinggi. Pada fotosfer matahari seringkali
terlihat adanya bintik atau noda hitam berdiameter sekitar 300.000 km, bahkan
ada yang berdiameter lebih besar daripada diameter bumi dengan kedalaman
sekitar 800 km yang disebut umbra. Di sekeliling umbra biasanya terdapat
lingkaran yang lebih terang disebut penumbra. Noda-noda hitam pada matahari
secara keseluruhan dinamakan Sun spots.
Pergeseran sun spots pada permukaan fotosfer matahari dapatlah dijadikan
acuan atau bukti yang kuat tentang gerakan rotasi matahari yang berlangsung
sekitar 25,5 hari di bagian ekuator dan sekitar 27 hari di bagian kutub matahari
untuk satu kali putaran. Perbedaan waktu rotasi di ekuator dan kutub matahari
disebabkan oleh materi dari matahari yang terdiri atas gas yang berbeda
tingkat kerenggangannya (densitas).
c) Barisfer atau inti Matahari
Inti Matahari, adalah bagian dari matahari yang letaknya paling dalam,
berdiameter sekitar 500.000 km dan temperatur sekitar 15.000.0000 C. Pada
barisfer berlangsung reaksi inti beranting putar yang menyebabkan terjadinya
sintesa hidrogen menjadi helium dengan karbon sebagai katalisatornya.
2) Pergerakan Matahari
Matahari tidaklah dalam keadaan statis, tetapi selalu bergerak baik secara
individu maupun sistem. Adapun gerakan matahari secara garis besar terdiri
atas gerak rotasi dan revolusi. Rotasi Matahari, adalah gerakan matahari
berputar pada sumbunya yang berlangsung sekitar 25,5 hari di bagian ekuator
dan sekitar 27 hari di bagian kutub matahari untuk satu kali putaran. Perbedaan
waktu rotasi di ekuator dan kutub matahari disebabkan oleh materi dari matahari
yang terdiri atas gas yang berbeda tingkat kerenggangannya (densitas). Revolusi
Matahari, adalah gerakan matahari beserta anggota-anggotanya mengelilingi
pusat galaksi Bima Sakti.
3) Peranan Matahari terhadap kehidupan di planet Bumi
Matahari merupakan benda angkasa yang mempunyai cahaya sendiri.
Oleh karena itu, matahari mempunyai peranan sangat penting, antara lain
sebagai sumber cahaya dan panas bagi planet-planet di sekitarnya termasuk
planet bumi, sehingga kehidupan manusia, tumbuhan dan hewan di planet
bumi dapat berlangsung. Selain sebagai sumber panas dan cahaya, matahari
mempunyai peranan penting lainnya, yaitu sebagai pengatur variasi iklim dan
cuaca di muka bumi, sehingga memungkinkan terjadinya variasi kehidupan
di muka bumi.
b. Planet-planet (The planets)
Kata planet berasal dari bahasa Yunani yaitu planetai, yang berarti
pengembara. Hal ini disebabkan kedudukan planet terhadap bintang tidaklah
tetap. Planet adalah benda angkasa yang tidak mempunyai cahaya sendiri,
berbentuk bulatan, dan beredar mengelilingi bintang (Matahari). Sebagian
besar planet mempunyai pengiring atau pengikut yang disebut Satelit yang
beredar mengelilingi planet.
Sebelumnya, para ahli menetapkan bahwa di dalam tata surya terdapat
sembilan planet. Sembilan planet tersebut berdasarkan urutannya dari matahari
yang terdiri atas planet Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus,
Uranus, Neptunus dan Pluto. Sejalan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dimiliki manusia, maka berdasarkan Sidang Umum International
Astronomical Union (IAU) ke-26, pada tanggal 25 Agustus 2006 di Praha,
ditetapkan delapan planet dengan mengeluarkan Planet Pluto dari Sistem
Tata Surya kita. Sementara itu, Pluto diturunkan statusnya sebagai kategori
planet kerdil bersama-sama dengan Xena dan Asteroid Ceres.
Keputusan mengeluarkan Pluto yang sudah menjadi anggota keluarga
planet tata surya selama 76 tahun merupakan konsekuensi ditetapkannya
definisi baru tentang planet. Dalam resolusi tersebut, sebuah benda langit
bisa disebut planet apabila memenuhi tiga syarat, yakni mengorbit matahari,
berukuran cukup besar sehingga mampu mempertahankan bentuk bulat,
dan memiliki jalur orbit yang jelas dan “bersih” (tidak ada benda langit
lain pada orbit tersebut). Dari kriteria ini, planet Pluto memiliki kelemahan,
antara lain ukurannya sangat kecil dan bentuk orbitnya yang memanjang dan
memotong orbit Neptunus, sehingga dalam perjalanannya mengelilingi matahari,
Pluto kadang-kadang lebih dekat dengan matahari dibandingkan Neptunus Planet-planet yang ada di tata surya dapat diklasifikasikan berdasarkan
beberapa kriteria, antara lain sebagai berikut.
1) Berdasarkan massanya, planet dapat dikelompokan menjadi dua macam,
yaitu sebagai berikut:
a) Planet bermassa besar (Superior planet), terdiri atas Jupiter, Saturnus,
Uranus, dan Neptunus.
b) Planet bermassa kecil (Inferior Planet), terdiri atas Merkurius,
Venus, Bumi, dan Mars.
2) Berdasarkan jaraknya ke matahari, planet dapat dibedakan atas planet
dalam dan planet luar.
a) Planet dalam (Interior planet), yaitu planet-planet yang jarak rataratanya
ke matahari lebih pendek daripada jarak rata-rata Planet
Bumi ke Matahari. Berdasarkan kriteria tersebut, maka yang termasuk
planet dalam, adalah Planet Merkurius dan Venus.
Planet Merkurius ataupun Venus mempunyai kecepatan beredar
mengelilingi matahari berbeda-beda, sehingga letak atau kedudukan
planet tersebut bila dilihat dari bumi akan berubah-ubah pula. Sudut
yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan Bumi-Matahari dengan
suatu planet disebut elongasi. Besarnya sudut elongasi yang dibentuk
oleh garis yang menghubungkan Bumi-Matahari-Merkurius yaitu antara
00-280, sedangkan sudut elongasi Bumi-matahari-Venus adalah
00-500.
Berdasarkan besarnya sudut elongasi paling besar yang dapat dicapai
oleh planet tersebut, sehingga dapat dihitung lamanya waktu planet
Merkurius dan Venus terlihat dari bumi, yakni Planet Merkurius
28
dapat terlihat dari bumi paling lama sekitar ––– × 24 jam =
360
1 jam 52 menit, sedangkan Planet Venus dapat terlihat dari bumi
50
paling lama sekitar ––– × 24 jam = 3 jam 20 menit. Elongasi
360
planet dalam (interior planet) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
elongasi barat, jika posisi suatu planet berada di sebelah barat
matahari dilihat dari bumi dan elongasi timur, jika posisi suatu planet
berada di sebelah timur matahari dilihat dari bumi. Planet Venus
ataupun Merkurius yang berada pada posisi elongasi barat akan
terbit terlebih dahulu di ufuk timur pada saat matahari masih berada
di bawah horizon timur, sehingga planet tersebut terlihat berkilauan
dilihat dari bumi karena sinar matahari yang diterimanya dipantulkan
kembali ke bumi. Oleh karena itu, orang-orang di bumi menyebut Planet Venus atau Merkurius yang sedang berada pada kedudukan
elongasi barat sebagai Bintang Timur. Sebaliknya apabila planet
Merkurius atau Venus sedang berada pada posisi elongasi Timur,
maka-planet-planet itu akan memantulkan cahaya matahari beberapa
saat setelah matahari terbenam di ufuk barat, sehingga akan terlihat
dari bumi sebagai Bintang Senja.
b) Planet luar (Eksterior planet), yaitu planet-planet yang jarak rataratanya
ke matahari lebih panjang daripada jarak rata-rata Planet
Bumi ke Matahari. Termasuk ke dalam kelompok planet luar, yaitu
Planet Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
Dilihat dari bumi, sudut elongasi kelompok planet luar berkisar antara
00–1800. Bila elongasi salah satu planet mencapai 1800 hal ini berarti
planet tersebut sedang berada dalam kedudukanoposisi, yaitu
kedudukan suatu planet berlawanan arah dengan posisi matahari
dilihat dari bumi. Pada saat oposisi, berarti planet tersebut berada
pada jarak paling dekat dengan bumi.
Bila elongasi salah satu planet mencapai 00 berarti planet tersebut
mencapai kedudukan konjungsi, yaitu suatu kedudukan planet yang
berada dalam posisi searah dengan matahari dilihat dari bumi. Pada
saat konjungsi, berarti planet tersebut berada pada jarak paling
jauh dengan bumi.
May 07, 2019 / by / 0 Comments

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad