Post Top Ad

Tuesday, May 7, 2019

Peninggalan masa praaksara

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai peninggalan zaman praaksara, ada baiknya kita untuk mengetahui bahwa bahwa zaman praaksara itu dibagi menjadi 3 yaitu zaman paleothikum, neolithikum dan megalithikum. Dalam ketiga zaman yang terangkum sebagai zaman praaksara itulah terdapat beberapa peninggalan dapat diklarifikasi, yakni:
1. Kapak Genggam
kapak genggamBarangkali dalam bayangan anda kapak genggam di sini merupakan kapak yang terbuat dari besi sebagaimana yang sering anda jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tentu itu berbeda pada zaman praaksara. Kapak genggam pada zaman praaksara yang terbuat dari batu atau lempung dan tak bertangkai itu ditemukan oleh seorang bernama Ralph von Koenigswald pada tahun 1935 di Punung Kabupaten Pacitan.
Kapak genggam ini digunakan oleh manusia praaksara pada zaman paleolithikum sebagai alat penetak atau alat yang digunakan untuk membelah kayu, menggali umbi – umbian, memotong dagimg hewan buruan, serta berbagai keperluan lainnya. Kapak genggam ini memiliki kesamaan dengan kapak berimbas yang juga ditemukan pada zaman praaksara. Hanya saja kapak berimbas berukuran lebih besar bila dibandingkan dengan kapak genggam. Menurut salah satu sumber, kapak berimbas ini dibuat oleh manusia pithecantropus dan banyak ditemukan di Indonesia, khususnya kabupaten pacitan. Adapun kegunaannya tak jauh berbeda dengan kapak genggam, yakni untuk memotong daging hewan, dll.
2. Kapak Sumatera
Kapak sumatera ini juga dikenal dengan nama pebble. Sesuai namanya, kapak jenis ini banyak ditemukan di daerah sumatera, khususnya di Sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatra, antara Langsa (Aceh) dan Medan. Sama seperti kapak genggam, kapak sumatera ini juga terbuat dari batu. Hanya saja, kapak sumatera atau pebble tersebut terbuat dari batu kali yang dipecah-pecah, berbentuk bulat serta memilik permukaan yang lebih halus. Kapak ini diduga merupakan hasil kebudayaan jaman Mesolithikum, dimana manusia pada waktu itu sudah mulai hidup menetap, namun kadang juga masih berpindah-pindah atau semi nomaden.
3. Kapak Pendek
kapak pendekSatu lagi jenis yang serupa dengan kapak genggam, yakni kapak pendek. Kapak pendek ini berbentuk setengah lingkaran dan memiliki sisi yang tajam sehingga lebih mempermudah untuk memotong daging atau hal-hal lainnya.
Sama seperti kapak sumatera, kapak pendek ini banyak ditemukan di daerah sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatra. Para peneliti kemudian mencari persebaran pebble dan kapak pendek sampai ke tempat asal mula ras Papua melanosoide di teluk Tonkin,Vietnam. Akhirnya ditemukan pusat pebble dan kapak pendek berasal dari Hoabinhian dan Bacsonian,Vietnam Utara.

4. Pipisan
Pipisan adalah batu-batu Penggiling beserta landasannya. Bila dibandingkan dengan zaman sekarang, barangkali pipisan ini serupa dengan ulekan karena sama-sama digunakan untuk menghancurkan biji-bijian. Hanya saja bentuk pipisan ini datar dan halus. Pipisan ini tidak hanya digunakan untuk menggiling makanan, tetapi juga untuk menghaluskan cat merah yang terbuat dari tanah merah yang merupakan bentuk aktivitas yang berkaitan dengan upacara ritual dan kepercayaan. Alat ini ditemukan di kjokkenmoddinger di sepanjang Sumatera Timur laut, di antara Langsa (Aceh) dan Medan (Sumatera Utara).
5. Kapak Persegi
kapak persegiTampaknya pada zaman praaksara, terdapat berbagai macam kapak yang ditemukan, salah satunya adalah kapak persegi. Kapak persegi ini sendiri berasal dari von Heine Geldern.  Alat ini memiliki bentuk yang memanjang dengan penampang Alang berbentuk persegi dan bagian pangkalnya tidak biasa sebagai tempat ikatan tangkai. Sesuai namanya, kapak persegi ini terbuat dari batu yang berbentuk persegi. Kapak ini dipergunakan untuk mengerjakan kayu, menggarap tanah, Serta melaksanakan upacara. Di daerah Indonesia sendiri, kapak persegi banyak ditemukan di Jawa, Kalimantan Selatan,Sulawesi , dan Nusa Tenggara.
6. Kapak Bahu
Kapak bahu adalah sejenis kapak persegi yang pada tangkainya diberi leher sehingga membentuk botol persegi. Kapak bahu ini ditemukan pada zaman neolithikum. Daerah kebudayaan kapak bahu ini meluas dari Jepang, Formosa, Filipina terus ke barat sampai sungai Gangga. Tetapi anehnya batas selatannya adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata lain di sebelah Selatan batas ini tidak ditemukan kapak bahu, jadi neolithikum Indonesia tidak mengenalnya, meskipun juga ada beberapa buah ditemukan yaitu di Minahasa.


May 07, 2019 / by / 0 Comments

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad